Senin, 17 September 2012

Makanan Sehat atau Makanan yang Baik

Apa itu Makanan Sehat atau Makanan yang Baik?
Pada saat ini hampir tidak ada pemerhati gaya hidup sehat (yang selalu ‘updated’)  yang bertanya “Apakah daging hewan itu sehat?”, yaitu karena mereka tahu bahwa sekalipun mungkin ada manfaatnya tetapi keburukannya untuk tubuh dan lingkungan terlalu sangat banyak. Paling-paling beberapa masih ada yang terobsesi dengan pengetahuan kuno tentang kebutuhan protein, lemak, vitamin B12, omega 3 dst sehingga mereka lalu justru membuat banyak orang ketakutan akan gaya hidup sehat. Tidak sedikit, mereka yang mulai berhenti makan tanpa daging, justru mengalami banyak gangguan kesehatan seperti stroke, pengapuran hingga kanker, karena pola berpikir mereka yang salah.

Lalu yang sehat apa dong? Inilah pertanyaan yang selalu muncul kemudian…

Apakah Buah Merah, Keladi Tikus, Noni Tahitian, Spirulina, Susu Soya atau bahkan Tempe, dan juga berbagai obat kuat seperti Tribulus Centris, Maca, Ginseng dsb benar merupakan makanan sehat?

Yuuk…, kita pikirkan dengan cara sederhana saja.

Bahan-bahan yang disebutkan di atas dan yang serupa itu sering disebut sebagai suplemen dan bukan obat. Tetapi dalam prakteknya, bahan-bahan itu sering diiklankan dan digunakan sebagai obat tanpa pengawasan dokter atau mereka yang memang ahli dalam hal itu. Celakanya dengan embel-embel “herbal” maka seakan semua “efek samping” bisa dihilangkan. Juga, terjadi salah kaprah pada hampir seluruh dunia.. bahwa yang “herbal” itu bebas kimiawi. Aneh kan, mana ada zat atau bahan di dunia yang tidak terbuat dari unsur kimia? Mungkin yang dimaksud adalah “diawetkan” atau “diproses” atau “alami”, tapi dengan arti itupun, mana ada suplemen atau obat herbal yang “tidak diproses” ? Mana ada yang sungguh alami??

Berbagai testimoni tentang kesembuhan selalu digunakan sebagai iklan sekalipun bahan-bahan itu digolongkan sebagai suplemen. “Suplemen yang menyembuhkan”.., barangkali merupakan istilah yang lebih cocok. Yayasan Konsumen Indonesia dan Dunia mungkin perlu meluruskan beda antara “obat” dan “suplemen”, tetapi di sini kita tidak perlu peduli lebih lanjut tentang debat masalah itu, karena toh tidak akan berpengaruh banyak pada kesehatan kita bukan?

Kalau kita sakit, kalau kita mendapat gangguan kesehatan, pergilah ke dokter atau ke ahli pengobatan yang lain yang bisa dipertanggungjawabkan untuk mendapatkan obat, baik herbal maupun buatan pabrik farmasi.  Ahli kesehatan yang baik tentu akan mengetahui dan juga menerangkan tentang efek samping segala jenis obat.

Selain itu, jika pergi berobat atau mendapatkan pengobatan, coba pikirkan dan cari apa yang menimbulkan penyakit itu. Sebagian besar orang hanya berobat saja, tanpa mencari penyebab penyakitnya, sehingga setelah penyakitnya sembuh, mereka tidak benar-benar menjadi sembuh. Mereka justru mengakumulasikan berbagai calon penyakit yang akan meledak timbul pada waktu kemudian. Tidak heranlah jika kita melihat begitu banyak orang yang “sakit-sakitan” dan terus makin tergantung pada “obat” atau “suplemen”. Beberapa lagi, untuk tetap bisa melaksanakan tugas dengan ‘baik”, agar bisa berpikir dengan “baik”, agar bisa lebih “perkasa”, mereka harus minum obat atau suplemen. Sehatkah mereka? “Tidak membuat ketergantungan” kah obat atau suplemen itu?

Masih kah kita percaya pada obat atau suplemen keperkasaan lelaki? Mari kita amati dengan baik, apa yang bisa membuat kelihatan perkasa.. Produksi sperma hanya bisa optimal jika seorang lelaki itu sehat. Kalau sehat, tentu semuanya jadi prima. Kalau dia hanya bisa berereksi sedangkan jumlah dan kualitas spermanya tetap, benarkah itu sehat? Apa justru tidak berbahaya? Kebahagiaan apa yang ingin kita capai?
Coba tanyakan juga kepada pasangan Anda, apakah hal itu yang membuatnya bahagia?

Bagaimana dengan susu soya dan tempe?Mengapa banyak terjadi pro kontra? Perlukah kita mendapatkan vitamin B12 dari makanan kita jika kita tidak makan daging?
Sebenarnya vitamin B12 bertebaran di mana-mana, dalam tubuh hewan, tanah di sekitar tumbuhan serta juga dalam tubuh manusia. Kalau kita memang kekurangan vitamin B12, apalagi jika tubuh sudah tidak memproduksinya karena bakteri pembuatnya ikut mati akibat serangan antibiotika, kita memang perlu tambahan vitamin B12, apakah kita pemakan daging atau bukan. Lagi-lagi suplemen vitamin B12, entah dari tempe, spirulina atau bahan yang lain, hanya dibutuhkan bila kita kekurangan, bukan bagi mereka yang sekedar tidak mengkonsumsi daging.
Banyak dari mereka yang tidak makan daging yang terlalu banyak makan produk soya, justru mengalami begitu banyak keluhan kesehatan seperti pengapuran, obesitas, stroke dan juga kanker.

Bagaimana kalau kita tidak sakit?
Hehehehe… , “hanya yang sakit yang perlu obat”. Betul kan? Jadi, ‘ngapain’ kita mesti minum obat atau suplemen, toh juga semua hal itu pasti juga punya efek samping….., mending kita mengurangi racun yang masuk ke dalam tubuh kita. Harus selalu kita ingat bahwa makin hebat pengaruhnya tentu makin besar pula efek sampingnya. Tapi kalau sudah sakit, juga jangan ragu untuk pergi ke dokter atau mencari obat yang tepat, asalkan juga menyadari resikonya dan mencari penyebab penyakit itu.

Buat pemula, yang pertama kali perlu dilakukanlah adalah meninggalkan segala jenis produk hewnai (daging, susu, telur dan ikan), lalu makanlah banyak makan buah manis tak berlemak sebanyak mungkin justru sebelum kita lapar, makan atau minum jus sayur berwarna hijau segar organik sebagai selingan, sedikit sekali makan biji (maksimum 100 gram/hari) dan kalau bisa hindari segala jenis masakan dan bumbu (garam, gula dst) atau kalau terpaksa (tidak bisa menahan, “craving”), makanlah makanan itu hanya pada siang hari setelah kita kenyang makan buah manis dalam jumlah yang banyak. Sarapan buah manis tak berlemak dalam jumlah banyak merupakan sebuah strategi awal bari para pemula makanan mentah.

Semoga makin segar dan bugar!

Makanan mentah atau makanan kehidupan atau living food adalah makanan yang masih mengandung berbagai enzim kehidupan (berasal dari energi matahari melalui proses fotosintesa) dan yang tidak dipanaskan di atas 45 derajat Celsius. Daging, telur, ikan dan susu mentah tidak termasuk ke dalam golongan makanan kehidupan karena mereka tidak lagi mengandung enzim kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar

Siguiente Anterior Inicio

Sample Text

About

Blogger news

Anggota Kelompok

dariziva 06 adalah Ricky Gunawan, Qotrun Nada, Fauziah Fajru Rachma, dan Nur Azizah Agustianih.

BTricks

Blogger templates

Featured Video

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Followers

About Me

Foto saya
kami beranggotakan 4 orang yang merupakan mahasiswa/i Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Kimia, angkatan Tahun 2010..tepatnya sekarang sedang menjalankan tugas sebagai mahasiswa/i semester 5... sejarah hadirnya blog ini berawal dari salah satu tugas mata kuliah Kimia Lingkungan dengan Pak Adi Riyadhi, M.Si selaku dosen kami..kami menggunakan nama dariziva.06 ini karena merupakan singkatan dari masing-masing personel, mw tau ??? cekidot :D da: Qotrun Nada ri: Ricky Gunawan zi: Nur Azizah Agustianih fa: Fauziah Fajru Rachma dan 06 karena kami kelompok 6..hhe semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari blog kami ini..
 
Dari Kami, Untuk Kita Semua Copyright © 2010 | Designed by: Compartidisimo