Mesin Pupuk Kompos
Modern, Solusi Masalah Sampah Perkotaan
by:H.Asrul Hoesein_Posko Hijau
Pengelolaan sampah dan kebersihan suatu kota,
nampaknya memerlukan ikhtiar lebih dari sekedar pengadaan sarana prasarana
tempat pembuangan akhir (TPA). Mengaplikasikan hasil penelitian, tentang
pentingnya daur ulang ( recycle), upaya mengurangi ( reduce) dan
menggunakan kembali (reuse) atau dikenal metoda 3 R, adalah suatu
keniscayaan. Bahkan, secara khusus besarnya peranan 3R, dalam sudut pandang
lingkungan maupun ekonomi, mengharuskan kita memanfaatkan sampah perkotaan
tersebut. Misalnya, mengolah sampah katagori organik yang mendominasi
sampah di perkotaan Indonesia, kini dengan teknologi mesin pengomposan (composting) modern dan
telah di modifikasi bagi kepentingan olah sampah di sumber-sumber timbulnya,
patut dipertimbangkan sebagai pilihan alternatif dibanding pola pembuangan
sampah ke TPA. Mesin pembuatan pupuk kompos modern dalam
pengomposan ( modern composting), diikhtiarkan sebagai upaya mengatasi
masalah sampah di perkotaan, yang diketahui karena pola konsumsi masih
bercorak agraris, didominasi oleh jenis sampah organik.
Pengomposan (composting) adalah proses
dimana bahan organik mengalami penguraian ( dekomposisi) secara biologis, oleh
mikroba yang memanfaatkan bahan organik (C) sebagai sumber energi. Mengolah
sampah organik dan membuat pupuk kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alami tersebut agar pupuk kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses rekayasa
ini meliputi penyiapan kondisi campuran bahan baku yang ideal (CN ratio = 30/ 1
hingga 40/ 1), pemberian air yang cukup, pengaturan intensitas aerasi (
ketersediaan oksigen) dan penambahan populasi bakteri pengurai dalam pengomposan. Diketahui, bau busuk
yang ditimbulkan material ( sampah dan limbah) organik terjadi tatkala proses
penguraian (dekomposisi) berlangsung dalam kondisi tanpa oksigen atau
intensitas aerasi rendah (anaerob), atau kadar air atau kelembaban rendah
maupun terlalu kering serta suhu yang tidak kondusif bagi bekerjanya bakteri
pengurai. Pada kondisi prasyarat bagi berlangsungnya penguraian (dekomposisi)
material organik tidak terpenuhi, bakteri akan diam dan tidur (dorman) saat
sama akan terjadi reaksi anaerobik dan menimbulkan gas H2S maupun methana
(CH4). Kedua jenis gas inilah, yang dirasakan dan dipersepsikan warga
masyarakat di sekitar pengelolaan sampah berada, sebagai bau busuk mengganggu
lingkungan.
Teknologi Biophoskko telah
lama melakukan penelitian dan uji atas proses olah sampah untuk kepentingan di
kota, yang tentu berbeda dibanding dengan pembuatan pupuk kompos di daerah
pertanian. Menjiplak teknik lama tradisional, misal metoda bedeng terbuka (open
windrows) dalam pembuatan pupuk kompos, sebagaimana dilakukan di pertanian,
dilaksanakan di kota dalam kepentingan pengolahan sampah, akan menimbulkan
berbagai masalah seperti kebutuhan luasan lahan, timbulan polutan bau,
kebutuhan waktu proses dan tenaga kerja.. Kesemua hal itu sangat menentukan
bagi kelayakan (sosial, lingkungan dan ekonomi) pengelolaan sampah di
perkotaan. Dengan dasar itu, keperluan menyajikan teknologi pengelolaan sampah
dan limbah melaluipenggunaan mesin (mekanisasi) dalam metoda bedeng (open windrow), menjadi penting. http://lm3ponpesasysyifa.blogspot.com/2011/03/mesin-pupuk-kompos-modern-solusi.html
Berbekal pengalaman lama mengenalkankomposter skala rumah tangga, kini rotary kiln ditawarkan untuk menjadi pilihan
dalam mendapatkan solusi atas masalah sampah di perkotaan. Mekanisasi,
dengan penggunaan rotary kiln pada pembuatan pupuk kompos,khususnya bagi
kepentingan olah sampah di kawasan komersial (hotel, restoran, pabrik,
perumahan, apartemen) serta kawasan sosial (pendidikan, sekolah, rumah sakit,
tempat ibadah) adalah upaya memberikan kenyamanan kepada masyarakat sekitar
lokasi pengolahan sampah. Keberlanjutan instalasi pengolahan sampah di lokasi
timbulnya, berkaitan dengan jaminan bebas dari polutan ( bau, cairan lindi),
harus higienis, dan harus memenuhi syarat ekonomis*).
0 komentar:
Posting Komentar